Zaman sekarang memang serba kebalik... para perempuan atau istri sangat kuat untuk mencari dan mengembangkan karir mereka. Wajar... kalau mereka itu belum memiliki pasangan hidup atau berkeluarga, namun berbeda dengan perempuan yang notabene sudah memiliki keluarga, dia sangat semangat sekali untuk mencari dan mengembangkan karirnya. Terlebih sampai melupakan sebagai kodrat istri, yang seharusnya bisa melayani kebutuhan keluarga, baik suami ataupun anak-anaknya.
Lihat saja, sekarang... banyak suami yang di luar sana mereka bekerja, sama dengan para suami-suami yang lain, tapi di dalam rumah mereka bisa bekerja selayaknya pekerjaan istri. Ini yang istimewa... mengapa saya bilang "istimewa", ya... karena tidak semua suami bisa melakukan itu. Tipe suami, kadang ada yang hanya bisa bekerja, semua pekerjaan rumah dihandle oleh istri, kadang kebalikannya, istri yang bekerja dan semua pekerjaan rumah suami yang handle. Tapi kalau sudah kedua-duanya bisa... ini yang harus "dilestarikan", hehehehe,,,,,
Suami sudah selayaknya sebagai pencari nafkah yang utama, tak dupingkiri juga sang istri bisa memegang peranan suami untuk mencari penghasilan, tapi bukan sebagai pencari nafkah. Intinya disini adalah membantu. Jadi fokus sang pencari nafkah adalah suami.
Tapi... lain dulu lain sekarang. Istri jaman dulu itu... berapapun penghasilan suami, akan diterima dengan ikhlas, karena memang segitu rezeki yang Allah berikan. Perbandingan dengan istri zaman sekarang itu, mereka banyak tuntutan, terlebih bagi istri yang penghasilannya lebih besar dari suami. Mungkin saja suami akan diledek dan mungkin dianggap tidak becus untuk mencari penghasilan.
Nah... dari sini, akan timbul penyakit-penyakit yang akan menggerogoti seorang suami bisa melakukan korupsi ataupun penggelapan uang, dari sang istri yang selalu mengharapkan sesuatu yang lebih, akan tetapi penghasilan suami yang kurang mencukupi. Oleh karena itu, tugas imam dalam hal ini suami harus memberikan benteng yang kuat bagi istri, dengan pembekalan iman dan pendampingan Insya Allah akan membawa dan menuntun istri menjadi istri yang salihah.
Kembali ke pokok permasalahan, bahwa tugas utama istri adalah melayani kebutuhan keluarga, intinya mereka itu bukan pencari nafkah, bukan pula mensin pencari uang, akan tetapi sebagai sekedar pendamping hidup untuk membantu suami. Mereka harus terbiasa memasak, harus terbiasa mencuci, mandiin anak, atau membuat sarapan, makan siang dan makan malam. Tapi tidak 100% istri melakukan itu. Padahal jika istri itu tahu manfaat dari itu semua, pasti mereka tidak akan beranjak dari tugas itu. Karena tugas itu sangat mulia, itu sebagai ladang atau tiket menuju syurganya Allah.
Jika tugas ini dikerjakan para suami, terus istri dapet tiket dari mana, padahal sudah di depan mata. Suami si boleh mengerjakan tugas ini tapi bukan berarti harus selalu dikerjakan suami. Tapi, diniatkan untuk membantu pekerjaan istri. Karena suami yang berpikiran seperti ini, adalah suami yang cukup dewasa, mampu memahami emosi dan keadaan istri. Barangkali saat suami bekerja, sang istri kelelahan karena mengurus anak, sehingga tugas mencuci belum sempat ia kerjakan.
Jadi, tugas suami disini juga bisa membantu pekerjaan istri agar dapat selesei lebih cepat. Lantas, kalo pekerjaan istri ini dihandle terus oleh suami, tiket syurga istri rebutan dong sama suami, hehehehe,,,,
Sekedar sharing saja, bagi yang sudah berkeluarga, marilah antar pasangan untuk bisa bekerjasama, untuk bisa mendidik anak-anak kita agar menjadi anak yang shalih dan shalihah. Pekerjaan rumah dikerjakan bersama, sehingga suami istri itu diungkapkan sebagai partner kerja, sehingga pekerjaan apapun akan bisa dikerjakan selama mereka ini solid untuk menyelesaikan pekerjaan itu semua. Lika-liku permasalahan keluarga tidak bisa dipungkiri, karena itu sebagai bumbu dan pelengkap bahtera kehidupan. Sikapi semua dengan dewasa, dan selesaikan masalah secara kekeluargaan. Dengan harapan dan doa semoga kita yang sudah berkeluarga, atau yang akan membangun sebuah bahtera keluarga selalu diberikan limpahan rahmat-Nya, dan termasuk keluarga yang sakinah, mawaddah warrohmah. Amin
0 comments:
Posting Komentar