Headlines News : Undangan kepada seluruh panitia Hari Santi Nasional (HSN) dan Pengurus Harian Banom tingkat Anak Cabang Tersono, mohon kehadirannya pada Rapat Koordinasi Persiapan HSN besok hari Sabtu, 14 September 2024 pukul 13.30 WIB di Gedung Serbaguna MWC NU Tersono.
Home » » Akan Punahkah Tata Krama dan Sopan Santun pada Anak-anak Kita?

Akan Punahkah Tata Krama dan Sopan Santun pada Anak-anak Kita?

Written By Joko Endutz on Minggu, 06 November 2016 | 18.06

Yang muda menghormati yang lebih tua itu wajar dan sudah sepantasnya, sebaliknya yang lebih tua juga dianjurkan untuk menghormati yang lebih mudah, sebagai sebuah tauladan atau contoh agar muda-mudi dapat mengikuti perihal yang baik itu. Namun, lihatlah sekarang, perhatikan zaman ini, sudah sebagian besar muda-mudi usia remaja hampir tidak memiliki rasa hormat kepada yang lebih tua, mungkin karena sudah mendekati akhir zaman. Saya tidak bisa mempresentasikan secara pasti jumlah itu, tapi intinya jumlah antara yang masih memiliki rasa hormat dengan yang tidak itu lebih besar yang tidak memiliki.

Untuk itu pembiasaan tata krama perlu dipertegas kembali bahwa pelajaran ini sangat perlu diberikan, terutama anak-anak kita, sejak usia masih kecil perlu diberikan secara intens. Karena dengan pembiasaan seperti ini anak-anak akan terbiasa bertata bahasa dengan baik dan sopan, baik itu dengan sesama usia, apalagi dengan yang lebih tua.

Faktor lingkungan juga sangat menentukan, sehingga dengan siapa mereka bergaul dan berteman. Kebiasaan teman akan sangat berpengaruh sekali, walaupun sudah dibekali dengan tata krama dan sopan santun yang sangat baik dari  keluarga, manakala anak-anak kita berteman dengan anak yang tidak bertata krama dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa anak-anak kita dapat terpengaruh. Diibaratkan "setitik api di dalam sekal", walaupun sekecil apapun api itu menyala, pasti juga sekam akan terbakar.

Untuk itu, cara memilih teman yang baik pun perlu dilakukan disini. Kalau misalkan sudah tidak bisa memilih teman yang baik, karena sudah berteman dengan anak yang kurang baik sopan santunnya, maka anak-anak kita sebisa mungkin jangan terpengaruh dengan anak teman kita, terlebih manakala anak kita bisa memberikan tingkah laku dan tata krama yang baik kepada teman anak kita itu. Dengan memberikan contoh dan tauladan yang baik yang telah diberikan anak kita pada lingkungan keluarga, Insya Allah teman anak kita juga akan mengikuti kebaikan tingkah laku dan tata krama anak kita. Dengan diserta harapan besar, ikhtiar/usaha dan doa. 

Dalam dunia pendidikan atau lembaga pendidikan saat ini pun sudah banya siswa-siswi yang notabene mereka itu sangat jauh usianya dengan para pengajar maupun staf yang ada di sekolah. Tapi kita sudah sering dan lihat sendiri bahwa sebagian besar mereka menggunakan tata bahasa yang tidak sepantasnya. Sebut saja di daerah saja yang selama ini saya tinggal di desa, kebanyakan anak-anak masih menggunakan bahasa jawa istilahnya "jawa ngoko", padahal mereka sudah diajarkan untuk menggunakan bahasa atau tata krama yang baik dengan lawan bicara apalagi dengan orang yang usianya lebih tua dari kita.

Mereka sudah menganggap pengajar atau karyawan sebagai teman sendiri, sehingga saat melakukan dialog atau pembicaraan dan bahkan bercakap-cakap santai pun tidak sama sekali menggunakan bahasa yang baik. Paling tidak strata bahasa yang mereka gunakan adalah "jawa kromo", kalo sama sekali tidak menguasai ya gunakanlah bahasa Indonesia. Sehingga strata yang terlihat antara hubungan siswa dan pengajar dapat terlihat sebagai pembatas bahwa mereka yang lebih muda itu sudah sepantasnya memberikan rasa hormat mereka kepada yang lebih tua.

Sebagai usaha sadar saat ini untuk memberikan contoh atau tauladan yang baik kepada siswa atau anak didik, yaitu salah satunya antar pengajar yang bisa dilihat bahwa terdapat perbedaan usia, sehingga alangkah lebih baik manakala pengajar yang lebih muda pun memberikan atau bertata bahasa yang baik kepada pengajar yang lebih tua. Dengan ini secara tidak langsung dapat memberikan dampak kepada siswa yang melihat bahwa masih ada pengajar yang bertata krama dengan sesama mengajar. Dan muncul di benak mereka para siswa bahwa "lha wong pada wae guru karo guru basa, mosok aku ki murid ora boso karo guru, isin aku"_sesama guru saja berbasa baik dan santun, masak saya sebagai siswa tidak bisa melakukan itu, malu aku.

Istilah jawa lagi "wong jawa ilang jawane", itu memang benar dan sudah terjadi sekarang ini. Anak-anak zaman sekarang sudah tidak bisa lagi berbahasa santun apalagi berbahasa jawa "krama" dengan baik. Apa tidak mengerikan itu. Semoga dengan penanaman dan penambahan mata pelajaran mulok bahasa daerah dapat memberikan salah satu langkah baik untuk mengantisipasi hilang atau punahnya bahasa jawa pada lingkungan dan anak-anak kita. Amin.


Share this article :

0 comments:

 
Published by Joko Endutz